PENDAHULUAN
·
Latar
Belakang Masalah
Kota
Ternate mempunyai banyak tempat wisata dan juga tempat bersejarah. Benteng
Kastela adalah salah satunya. Benteng ini dengan berhubungan dengan pembunuhan
sultan khairun. Benteng ini mempunyai sejarah yang amat penting untuk sejarah kota
ternate. Masalahnya adalah mencari tahu lebih dalam lagi sejarah benteng
Kastela
·
Tujuan
Pelaksaan Kegiatan
- Untuk
menigkatkan kecintaan siswa kepada tanah air.
- Untuk
menambah wawasan siswa tentang Benteng Kastela.
- Mencari
tahu lebih dalam lagi sejarah Benteng Kastela.
·
Manfaat
Pelaksanaan Kegiatan
- Siswa
dapat memahami arti pentingnya peniggalan sejarah
Penjajah
- Siswa
dapat manambah wawasan tentang sejarah kota ternate
- Siswa
dapat mencari tahu bentuk Benteng Kastela dan fungsinya
- Siswa
dapat lebih memahami pentingnya lokasi Benteng Kastela
PEMBAHASAN
·
Perjalanan
Kegiatan Wisata Pelajar
Di kegiatan Wisata pelajar ini saya akan membahas tentang sebuah objek
wisata bersejarah,Yaitu : Benteng Kastela yang berada di kelurahan kastela
SEJARAH RINGKAS
Benteng ini dibangun oleh
Antonio de Brito pada tahun 1521 dengan nama Nostra Senora del Rosario,
kemudian dilanjutkan oleh Garcia Henriques pada tahun 1525 dan pada tahun 1530
oleh Gonzalo Periera serta yang terakhir diselesaikan oleh Wali Negeri
kedelapan Jorge de Gastro pada tahun 1540.Di benteng inilah terjadi pembunuhan terhadap Sultan Khairun oleh Antonio Pimental atas perintah Gubernur Portugis Lopez de Mosquita pada tanggal 27 Februari 1570. Atas peristiwa tersebut putra Sultan Khairun, Baabullah (1570-1583) bangkit melawan Portugis dan akhirnya Portugis terusir dari benteng Kastela dan Ternate pada tahun 1575.
·
Objek Wisata Yang Di Kunjungi
Objek Wisata yang di kunjungi adalah bengteng
kastela
SEJARAH
TERNATE – Sejak
abad 13 lalu, kota Ternate sudah menjadi salah satu kawasan perdagangan dunia.
Tak sedikit kapal asing, seperti Persia, Arab, India, maupun China, singgah di
pulau yang dulunya bernama Limau Gapi itu.
Saat itu, Maluku Utara yang berjuluk Moloku Kie Raha yang berarti gugusan empat pulau bergunung itu, dikuasai oleh empat kesultanan yakni Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Oleh keempat kesultanan inilah hubungan perdagangan mulai dijalin dengan pedagang asing.
Kekayaan alam rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan kayu manis yang melimpah ruah, menarik perhatian bangsa Eropa seperti Inggris, Spanyol, Portugis dan Belanda untuk mendatangi Ternate, yang pusat perdagangannya saat itu berada di Maluku Utara.
Desember 1511, untuk pertama kalinya wakil negara Portugis yang berkedudukan di Malaka, de Albuquerque, mengirimkan tiga ekspedisinya menuju wilayah Maluku. Mereka kemudian diikuti oleh Antonio de Abreu dan Fransesco Serrao tiba di Ternate pada 1512 dan pada tahun 1521, Spanyol menyusul dengan Kapal Victoria dan Trinidad di Tidore.
Persaingan dagang pun dimulai sekaligus berbuntut peperangan antara Portugis dengan Spanyol. Tahun 1522, Portugis yang dipimpin Antonio de Brito pun berhasil mengusir Spanyol, dari tanah Ternate yang berjuluk Bandar Sutera.
Setelah Spanyol hengkang, Portugis mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah ini. Timbulah perlawanan rakyat melibas kesewenangan perdagangan ini.
Bukti sejarah perlawanan rakyat Maluku ini bisa disaksikan pada benteng-benteng peninggalan bangsa Eropa, yang bertaburan menghiasi wajah Ternate. Salah satunya adalah Benteng Gam Lamo yang berada di kawasan Kastela. Benteng yang bernama asli Nostra Senora Del Rosario itu dibangun oleh Antonio de Brito pada tahun 1522.
Nama Nostra Senora Del Rosario diberikan karena konon di benteng ini bermukim seorang gadis cantik yang senang mengenakan kalung dari bunga. Sementara oleh masyarakat sekitar diberi nama Gam Lamo karena sesuai dengan namanya, yang berarti kampung besar. Ini lantaran luas kawasan benteng tersebut mencapai ratusan hektar dan menjadi pusat aktivitas puluhan warga Portugis dalam benteng itu.
Di benteng inilah, Kolano Ternate saat itu, Sultan Khairun dibunuh oleh Antonio Pimental pada 28 Februari 1570. Dia diundang untuk menghadiri perundingan, namun justru dibunuh saat sang Sultan mendatangi benteng ini.
Kematian Sultan Khairun pun menimbulkan perlawanan hebat dari rakyat Ternate. Di bawah kepemimpinan putra mahkota Baabullah yang kemudian diangkat menjadi Sultan, rakyat Ternate mengepung rapat benteng itu selama lima tahun.
Semua stok makanan serta kebutuhan lainnya, tak bisa dipasok ke dalam benteng. Ini memang perintah Sultan Baabullah, yang saat itu melarang adanya pertumpahan darah.
Akibatnya, Portugis yang tinggal di benteng yang berjarak sekira 8 Km dari arah selatan pusat kota Ternate pun menderita. Sebagian besar dari mereka bahkan mati kelaparan. Tak tahan dengan embargo ini, Portugis akhirnya memilih angkat kaki dari bumi Ternate.
Bebasnya Ternate dari penindasan kaum Portugis pada 29 Desember, dijadikan sebagai hari lahir kota Ternate yang terus diperingati setiap tahunnya.
Kini, sisa-sisa peninggalan tersebut masih bisa dilihat meski tinggal puing-puing. Lokasinya bisa ditemui tepat di pintu masuk kelurahan Kastela, kecamatan Pulau Ternate. Kini benteng ini lebih dikenal dengan nama benteng Kastela.(ded)
Saat itu, Maluku Utara yang berjuluk Moloku Kie Raha yang berarti gugusan empat pulau bergunung itu, dikuasai oleh empat kesultanan yakni Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Oleh keempat kesultanan inilah hubungan perdagangan mulai dijalin dengan pedagang asing.
Kekayaan alam rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan kayu manis yang melimpah ruah, menarik perhatian bangsa Eropa seperti Inggris, Spanyol, Portugis dan Belanda untuk mendatangi Ternate, yang pusat perdagangannya saat itu berada di Maluku Utara.
Desember 1511, untuk pertama kalinya wakil negara Portugis yang berkedudukan di Malaka, de Albuquerque, mengirimkan tiga ekspedisinya menuju wilayah Maluku. Mereka kemudian diikuti oleh Antonio de Abreu dan Fransesco Serrao tiba di Ternate pada 1512 dan pada tahun 1521, Spanyol menyusul dengan Kapal Victoria dan Trinidad di Tidore.
Persaingan dagang pun dimulai sekaligus berbuntut peperangan antara Portugis dengan Spanyol. Tahun 1522, Portugis yang dipimpin Antonio de Brito pun berhasil mengusir Spanyol, dari tanah Ternate yang berjuluk Bandar Sutera.
Setelah Spanyol hengkang, Portugis mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah ini. Timbulah perlawanan rakyat melibas kesewenangan perdagangan ini.
Bukti sejarah perlawanan rakyat Maluku ini bisa disaksikan pada benteng-benteng peninggalan bangsa Eropa, yang bertaburan menghiasi wajah Ternate. Salah satunya adalah Benteng Gam Lamo yang berada di kawasan Kastela. Benteng yang bernama asli Nostra Senora Del Rosario itu dibangun oleh Antonio de Brito pada tahun 1522.
Nama Nostra Senora Del Rosario diberikan karena konon di benteng ini bermukim seorang gadis cantik yang senang mengenakan kalung dari bunga. Sementara oleh masyarakat sekitar diberi nama Gam Lamo karena sesuai dengan namanya, yang berarti kampung besar. Ini lantaran luas kawasan benteng tersebut mencapai ratusan hektar dan menjadi pusat aktivitas puluhan warga Portugis dalam benteng itu.
Di benteng inilah, Kolano Ternate saat itu, Sultan Khairun dibunuh oleh Antonio Pimental pada 28 Februari 1570. Dia diundang untuk menghadiri perundingan, namun justru dibunuh saat sang Sultan mendatangi benteng ini.
Kematian Sultan Khairun pun menimbulkan perlawanan hebat dari rakyat Ternate. Di bawah kepemimpinan putra mahkota Baabullah yang kemudian diangkat menjadi Sultan, rakyat Ternate mengepung rapat benteng itu selama lima tahun.
Semua stok makanan serta kebutuhan lainnya, tak bisa dipasok ke dalam benteng. Ini memang perintah Sultan Baabullah, yang saat itu melarang adanya pertumpahan darah.
Akibatnya, Portugis yang tinggal di benteng yang berjarak sekira 8 Km dari arah selatan pusat kota Ternate pun menderita. Sebagian besar dari mereka bahkan mati kelaparan. Tak tahan dengan embargo ini, Portugis akhirnya memilih angkat kaki dari bumi Ternate.
Bebasnya Ternate dari penindasan kaum Portugis pada 29 Desember, dijadikan sebagai hari lahir kota Ternate yang terus diperingati setiap tahunnya.
Kini, sisa-sisa peninggalan tersebut masih bisa dilihat meski tinggal puing-puing. Lokasinya bisa ditemui tepat di pintu masuk kelurahan Kastela, kecamatan Pulau Ternate. Kini benteng ini lebih dikenal dengan nama benteng Kastela.(ded)
DATA UMUM & LOKASI
-
Nomor PDA =
623.1/30/08.01/003
-
Nama =
Benteng kastela
-
Nama lain =
Notra Senhora Del Rosario
-
Fungsi sekarang = Objek wisata
-
Tahun dibangun = 1521
-
Bangsa pembangun = Portugis
-
Pemilik sekarang = Pemerintah Provinsi Maluku Utara
-
Pengelola sekarang = Dinas budaya dan pariwisata Maluku uatara & kota
ternate
-
Luas Benteng =
2.724 m2
-
Desa/Kelurahan = Desa kastela
-
Kecematan =
Ternate Selatan
-
Kota =TERNATE
-
Kode pos = -
-
Provinsi =
Maluku utara
-
Pulau =
TERNATE
-
Status perlindugan hukum =
·
Undang – undang republic
Indonesia nomor 5 tahun 1992 tentang benda
cagar Budaya.
·
Terdaftar di regtap (Dirjen Sepur)
dilindungi Monumen Ordontie.3.SK gubernur Maluku utara No.462/KEP
B-II/MU/2002,tgl 1 November 2002
·
Hal – hal yang menarik dan Tidak
menarik dari objek wisata yang di kunjungi
Hal yang menarik adalah
·
Dalam perkembangan dan pertumbuhan suatu daerah tidak bisa terlepas dari perkembangan sejarah dan budaya di masa lampau. Kekayaan sejarah dan budaya di Indonesia sangat beranekaragam, dimana pada setiap daerah memiliki ciri khasnya tersendiri yang saling berkaitan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Maluku Utara merupakan wilayah Indonesia bagian timur yang tumbuh dan berkembang dari latar belakang sejarah dan budaya yang berfariasi. Hal ini terbukti dengan terdapatnya beraneka ragam perlengkapan perang, tari-tarian, alat musik, rumah adat, serta masih diselenggarakan perayaan-perayaan upacara adat pada hari-hari yang disakralkan. Selain itu terdapat benteng-benteng pertahanan peninggalan pada masa penjajahan, mulai dari bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda yang datang ke tanah Moloku Kie Raha (empat kerajaan di Maluku Utara) untuk memonopoli atau menguasai perdagangan rempah-rempah.
·
Hal yang tidak menarik adalah perawatan yang
kurang terhadap ikon bersejarah,serta rumput – rumput yang tumbuh di sekitar
benteng tersebut, dan belum terdapat WC umum bagi wisatawan yang berkunjung ke
objek bersejarah tersebut.
PENUTUP
·
Kesimpulan
Kota ternate harus menjaga kelestarian penigalan pra sejarah agar kelak
bermanfaat buat anak – anak dimasa yang akan datang. Contoh saja Benteng
Kastela ini. Walaupun secara fisik masi bugar,tapi tumbuhnya rumput – rumput
liar bisa saja menghilankan keaslianya. Dari sini pula siswa akan lebih tahu
lagi sejarah penting Kota Ternate.
·
Saran – Saran
Supaya
lebih di kenal oleh dunia. Benteng ini harus di jadikan ikon pariwisata kota
ternate. Juga harus ada perhatian dari pemerintah kota Ternate.
DAFTAR
PUSTAKA
·
http://www.bentengindonesia.org/
·
http://krupukcair
wordprees.com/benteng-kastela-notra-senhora-del rosario
·
http://www.google.com/sejarah benteng
kastela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar